Friday, April 19, 2013

Berbagi Peran dalam upaya menyelesaikan Tawuran antar Pelajar



Tawuran antar pelajar yang menjadi salah satu masalah sosial merupakan tindakan anarkis yang dilakukan oleh dua kelompok dalam bentuk perkelahian masal di tempat umum sehingga menimbulkan keributan dan rasa ketakutan (teror) pada warga masyarakat yang ada di sekitar tempat kejadian.
Tawuran pelajar biasanya terjadi karena berbagai hal, yaitu seperti : Kultur atau kebiasaan pelajar sekolah dari dulu, Saling pelotot-pelototan antar pelajar sekolah, Saling ejek antar pelajar, Ingin balas dendam karena ada yang diganggu temannya, Keributan imbas dari suatu pertandingan atau perlombaan,  dan lain sebagainya. Tawuran pelajar yang sudah menjadi budaya akan sulit diberantas karena pelajar yang bermasalah akan menjadi provokator tawuran dan memaksa teman-temannya serta adik kelas untuk ikut ambil bagian dalam tawuran antar pelajar. Bagi yang tidak ikut tawuran biasanya akan menerima “sanksi sosial“ seperti dimusuhi, dikerjai, dimaki-maki, diejek, difitnah, bahkan bisa diperlakukan kasar dari para pelajar nakal.
Untuk itu sebenarnya ada beberapa hal yang bisa dijadikan tolok ukur upaya dalam mencegah, dan bahkan menyelesaikan permasalahan tawuran ini dengan berbagai cara termasuk berbagi peran secara bertanggung jawab.
1. Keteladanan Keluarga
Keluarga merupakan unsur utama dalam menanamkan nilai-nilai luhur, keteladanan orangtualah yang menjadi kunci dalam menerapkan contoh prilaku yang baik. Memberikan perhatian lebih, menanamkan kepercayaan, memberikan reward (Penghargaan) atas apa saja karya atau hasil anak yang diraih. Menerapkan peraturan yang mencerminkan kedisiplinan yang tegas seperti Aturan jam belajar, pulang sekolah, main dan sebagainya, serta yang lebih penting adalah membangun komunikasi yang baik dengan pihak sekolah tentang perkembangan anak dalam mengikuti aktivitas pembelajaran. Hal tersebut dirasa sangatlah penting dilakukan oleh setiap orang tua dalam rangka mencegah secara dini penyimpangan-penyimpangan prilaku anak.
2. Peran Sekolah
Sekolah yang selama ini dituding sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas berbagai aksi prilaku menyimpang para pelajar, ternyata merupakan tempat penanaman nilai selanjutnya setelah keluarga. Hal ini berdasar pada keterbatasan waktu anak disekolah yang hanya berada rata-rata 6 sampai 7 jam perhari disekolah,  waktu tersebut sangatlah sedikit dibandingkan waktu yang lebih banyak di luar sekolah. Tugas dalam memainkan peranan ini bukan hanya menjadi tanggungjawab Kepala sekolah ataupun Wakasek Kesiswaan saja, melainkan harus menjadi tanggungjawab bersama warga Sekolah termasuk semua Guru, Komite Sekolah serta warga yang berada disekitar sekolah. Upaya yang bisa di terapkan disekolah diantaranya :
Membuat Peraturan Sekolah Yang Tegas
Bagi siswa atau pelajar yang terlibat dalam tawuran harus dikeluarkan dari sekolah, tidak mengenal istilah diskriminasi, siapapun orangnya termasuk misalnya anak guru, anak Pejabat ataupun Tokoh yang berpengaruh, apabila anaknya terlibat harus bisa menerima aturan ini, tentunya setelah melalui berbagai proses yang bisa dipertanggungjawabkan.
Memberikan Pendidikan Anti Tawuran
Pelajar diberikan pemahaman tentang tata cara Mengantisipasi penyebab tawuran dengan melakukan pendekatan persuasif tanpa kekerasan. Sekolah memberikan contoh untuk selalu berperilaku sopan, Sekolah melibatkan OSIS untuk melaporkan rencana pelajar-pelajar yang terindikasi merencanakan penyerangan terhadap pelajar sekolah lain untuk bahan langkah-langkah selanjutnya yang harus ditempuh. Jika sekolah diserang, maka pihak sekolah senantiasa menerapkan nilai “mengalah untuk menang” dan tidak melakukan serangan balasan.
Mendeteksi dan menangani Pelajar Berotak Kriminal
Setiap pelajar tentunya memiliki sifat dan bawaan masing-masing. Hal tersebut dikarenakan berbedanya Tipologi Siswa baik ditinjau dari latar belakang Historis, Sosiologis maupun Ekonomi.  Ada yang baik, yang biasa-biasa saja dan ada yang kriminil. Melakukan pendataan dan identifikasi dari awal tentang latar belakang siswa tentunya langkah yang bijak dalam rangka pendeteksian dini karakter siswa disekolah. Hal ini menjadi penting guna bahan yang dipersiapkan dalam penanganan selanjutnya apabila ditemukan bibit-bibit pelajar yang memang berpotensi memiliki perilaku yang menyimpang. Bidang Kesiswaan dan Bimbingan Konseling disini dituntut untuk memainkan perannya secara lebih intensif.
Menjalin Komunikasi dan Kerjasama Pelajar Antar Sekolah
Selama ini siswa belajar hanya berada dilingkungan sekolahnya saja, sehingga siswa tidak saling kenal dengan siswa lain yang berbeda sekolah. Adanya kegiatan belajar gabungan, kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri bersama antar sekolah yang berdekatan secara geografis merupakan langkah yang baik jika diterapkan. Dengan saling kenal karena sering bertemu dan berinteraksinya siswa, maka jika terjadi masalah dan gesekan antar siswa tidak akan bermuara pada tawuran pelajar, namun diselesaikan dengan cara baik-baik.
Membuat Program Ekstrakurikuler Tawuran
Mencoba membuat program ekstra kurikuler konsep baru bertema Tawuran, namun tawuran pelajar yang mendidik, misalnya tawuran ilmu, tawuran olahraga, tawuran otak, tawuran dakwah, tawuran cinta, dan lain sebagainya yang bersifat positif, bisa jadi menjadi program alternatif yang bisa digalakan oleh sekolah. Tawuran-tawuran ini sebaiknya bukan bersifat kompetisi, tetapi bersifat saling mengisi dan bekerjasama sehingga bisa bergabung dengan ekskul yang sama di sekolah lain.
3. Peran Lingkungan Sosial
Tempat dimana para pelajar menghabiskan waktunya lebih banyak biasanya ada pada lingkungan sosial. Tumbuh kembangnya jati diri para pelajar pun tidak terlepas dari pengaruh lingkungan sosialnya. Untuk itu diperlukan suasana dan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan interaksi sosial para pelajar. Peranan Tokoh-Tokoh masyarakat dalam lingkungan sosial para pelajar menjadi sangat sentral dan dibutuhkan dalam memainkan perannya sebagai pihak selanjutnya dalam upaya mencegah prilaku menyimpang para pelajar. Tokoh – Tokoh masyarakat ini antara Lain bisa meliputi : Pemuka Agama (Ustad, Kiai, pendeta, dll), Tokoh Pemuda, Tokoh Politik, Tokoh Wanita, pengusaha dan lain sebagainya. Adanya Pengajian Rutin atau siraman Rohani keliling, Kegiatan-kegiatan sosialKompetisi Olahraga, Festival seni dan musik atau apapun kegiatan yang bersifat Konstruktif, merupakan contoh aktivitas yang bisa diterapkan oleh para tokoh masyarakat dalam upayanya membantu, mencegah dan menyelesaikan permasalahan sosial ini.
4. Kebijakan Pemerintah
Berbicara masalah kebijakan pemerintah, kiranya penulis tidak akan terlalu menaruh porsi terlalu banyak, artinya cukup hanya memberikan pandangan saja tentang program pemerintah yang dulu sebetulnya sangat baik dan masih layak dipertahankan. Program Penataran P4 yang sekarang sudah “tiada” agaknya layak untuk diajukan dan digalakan kembali ditengah-tengah Terjadinya berbagai prilaku menyimpang akibat akumulasi dari Hilangnya karakter bangsa saat sekarang ini. Walaupun mungkin sebagian masayarakat menilai bahwa Penataran P4 sebagai kebijakan yang kental indoktrinatif dan bernuansa Orde Baru, namun jika memang Doktrin tersebut mengarah kepada pembentukan dan penguatan karakter bangsa, tidak ada salahnya jika Program tersebut muncul dan digalakan kembali. Bukankah bangsa yang kuat, beradab dan bermartabat adalah bangsa yang mampu mengamalkan Ideologi, Dasar negara serta pandangan hidup bangsanya dalam kehidupan sehari-hari? Butir-butir Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Bangsa yang terdapat dalam P4 menjadi nilai-nilai yang akan menjawabnya jika memang dilaksanakan secara utuh dan konsekwen, tinggal sekarang bagaimana kemauan politik Pemerintah (Political Will) dalam “mengelaborasi” nilai-nilai luhur bangsa ini untuk di integrasikan dengan berbagai aspek kehidupan bangsa. Dan yang lebih penting tentunya adalah bagaimana kemampuan bangsa ini menyikapinya secara arif.
Dengan berbagai terobosan-terobosan baru dalam menyelesaikan berbagai permasalahan sosial yang melanda negeri ini pada umumya dan menanggulangi tawuran pelajar antar sekolah pada khususnya sudah barang tentu bukan pekerjaan yang mudah, tidak cukup hanya melontarkan pendapat, asumsi, dan teori saja, apalagi saling melempar tanggung jawab. Yang dibutuhkan sekarang oleh Bangsa ini adalah aksi psikomotorik secara terpadu dari seluruh komponen bangsa dalam menanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur bagi generasi berikutnya secara nyata, terasa dan tentunya bersahaja. Jika tidak, maka Fenomena “Geleng-geleng kepala” akan terus ada dan terlihat setiap saat di tengah-tengah masyarakat kita.
               
“ Bawalah mereka dari dunia mereka ke dunia kita, kemudian antarkan mereka dari dunia kita ke dunia mereka kembali”. Dengan begitu mereka bukan hanya sekedar mengenal nilai LOGOS, tetapi harus mampu menghayati nilai-nilai tersebut (ETOS) dan yang terpenting adalah sampai kepada anak mampu mengakualisasikan / mengamalkan nilai-nilai tersebut

No comments:

Post a Comment