Tawuran antar pelajar yang menjadi salah satu masalah
sosial merupakan tindakan anarkis yang dilakukan oleh dua kelompok dalam bentuk
perkelahian masal di tempat umum sehingga menimbulkan keributan dan rasa
ketakutan (teror) pada warga masyarakat yang ada di sekitar tempat kejadian.
Tawuran pelajar biasanya terjadi karena berbagai hal,
yaitu seperti : Kultur atau kebiasaan pelajar sekolah dari dulu, Saling
pelotot-pelototan antar pelajar sekolah, Saling ejek antar pelajar, Ingin balas
dendam karena ada yang diganggu temannya, Keributan imbas dari suatu
pertandingan atau perlombaan, dan lain sebagainya. Tawuran pelajar yang
sudah menjadi budaya akan sulit diberantas karena pelajar yang bermasalah akan
menjadi provokator tawuran dan memaksa teman-temannya serta adik kelas untuk
ikut ambil bagian dalam tawuran antar pelajar. Bagi yang tidak ikut tawuran
biasanya akan menerima “sanksi sosial“ seperti dimusuhi, dikerjai, dimaki-maki,
diejek, difitnah, bahkan bisa diperlakukan kasar dari para pelajar nakal.
Untuk itu sebenarnya ada beberapa hal yang bisa
dijadikan tolok ukur upaya dalam mencegah, dan bahkan menyelesaikan
permasalahan tawuran ini dengan berbagai cara termasuk berbagi peran secara
bertanggung jawab.
1. Keteladanan
Keluarga
Keluarga merupakan unsur utama dalam menanamkan
nilai-nilai luhur, keteladanan orangtualah yang menjadi kunci dalam menerapkan
contoh prilaku yang baik. Memberikan perhatian lebih, menanamkan kepercayaan,
memberikan reward (Penghargaan)
atas apa saja karya atau hasil anak yang diraih. Menerapkan peraturan yang
mencerminkan kedisiplinan yang tegas seperti Aturan jam belajar, pulang
sekolah, main dan sebagainya, serta yang lebih penting adalah membangun
komunikasi yang baik dengan pihak sekolah tentang perkembangan anak dalam
mengikuti aktivitas pembelajaran. Hal tersebut dirasa sangatlah penting
dilakukan oleh setiap orang tua dalam rangka mencegah secara dini
penyimpangan-penyimpangan prilaku anak.
2. Peran
Sekolah
Sekolah yang selama ini dituding sebagai pihak yang
paling bertanggungjawab atas berbagai aksi prilaku menyimpang para pelajar,
ternyata merupakan tempat penanaman nilai selanjutnya setelah keluarga. Hal ini
berdasar pada keterbatasan waktu anak disekolah yang hanya berada rata-rata 6
sampai 7 jam perhari disekolah, waktu tersebut sangatlah sedikit
dibandingkan waktu yang lebih banyak di luar sekolah. Tugas dalam memainkan
peranan ini bukan hanya menjadi tanggungjawab Kepala sekolah ataupun Wakasek
Kesiswaan saja, melainkan harus menjadi tanggungjawab bersama warga Sekolah
termasuk semua Guru, Komite Sekolah serta warga yang berada disekitar sekolah.
Upaya yang bisa di terapkan disekolah diantaranya :
Membuat Peraturan Sekolah Yang Tegas
Bagi siswa atau pelajar yang terlibat dalam tawuran
harus dikeluarkan dari sekolah, tidak mengenal istilah diskriminasi, siapapun
orangnya termasuk misalnya anak guru, anak Pejabat ataupun Tokoh yang
berpengaruh, apabila anaknya terlibat harus bisa menerima aturan ini, tentunya
setelah melalui berbagai proses yang bisa dipertanggungjawabkan.
Memberikan Pendidikan Anti Tawuran
Pelajar diberikan pemahaman tentang tata cara
Mengantisipasi penyebab tawuran dengan melakukan pendekatan persuasif tanpa
kekerasan. Sekolah memberikan contoh untuk selalu berperilaku sopan, Sekolah
melibatkan OSIS untuk melaporkan rencana pelajar-pelajar yang terindikasi
merencanakan penyerangan terhadap pelajar sekolah lain untuk bahan
langkah-langkah selanjutnya yang harus ditempuh. Jika sekolah diserang, maka
pihak sekolah senantiasa menerapkan nilai “mengalah untuk menang” dan tidak
melakukan serangan balasan.
Mendeteksi dan menangani Pelajar Berotak
Kriminal
Setiap pelajar tentunya memiliki sifat dan bawaan
masing-masing. Hal tersebut dikarenakan berbedanya Tipologi Siswa
baik ditinjau dari latar belakang Historis, Sosiologis maupun Ekonomi.
Ada yang baik, yang biasa-biasa saja dan ada yang kriminil. Melakukan pendataan
dan identifikasi dari awal tentang latar belakang siswa tentunya langkah yang
bijak dalam rangka pendeteksian dini karakter siswa disekolah. Hal ini menjadi
penting guna bahan yang dipersiapkan dalam penanganan selanjutnya apabila
ditemukan bibit-bibit pelajar yang memang berpotensi memiliki perilaku yang
menyimpang. Bidang Kesiswaan dan Bimbingan Konseling disini dituntut untuk
memainkan perannya secara lebih intensif.
Menjalin Komunikasi dan Kerjasama
Pelajar Antar Sekolah
Selama ini siswa belajar hanya berada dilingkungan
sekolahnya saja, sehingga siswa tidak saling kenal dengan siswa lain yang
berbeda sekolah. Adanya kegiatan belajar gabungan, kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler dan pengembangan diri bersama antar sekolah yang berdekatan
secara geografis merupakan langkah yang baik jika diterapkan. Dengan saling
kenal karena sering bertemu dan berinteraksinya siswa, maka jika terjadi
masalah dan gesekan antar siswa tidak akan bermuara pada tawuran pelajar, namun
diselesaikan dengan cara baik-baik.
Membuat Program Ekstrakurikuler Tawuran
Mencoba membuat program ekstra kurikuler konsep baru
bertema Tawuran, namun tawuran pelajar yang mendidik, misalnya tawuran ilmu,
tawuran olahraga, tawuran otak, tawuran dakwah, tawuran cinta, dan lain
sebagainya yang bersifat positif, bisa jadi menjadi program alternatif yang
bisa digalakan oleh sekolah. Tawuran-tawuran ini sebaiknya bukan bersifat
kompetisi, tetapi bersifat saling mengisi dan bekerjasama sehingga bisa
bergabung dengan ekskul yang sama di sekolah lain.
3. Peran
Lingkungan Sosial
Tempat dimana para pelajar menghabiskan waktunya lebih
banyak biasanya ada pada lingkungan sosial. Tumbuh kembangnya jati diri para
pelajar pun tidak terlepas dari pengaruh lingkungan sosialnya. Untuk itu
diperlukan suasana dan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan interaksi
sosial para pelajar. Peranan Tokoh-Tokoh masyarakat dalam lingkungan sosial
para pelajar menjadi sangat sentral dan
dibutuhkan dalam memainkan perannya sebagai pihak selanjutnya dalam upaya
mencegah prilaku menyimpang para pelajar. Tokoh – Tokoh masyarakat ini antara
Lain bisa meliputi : Pemuka Agama (Ustad, Kiai, pendeta, dll), Tokoh Pemuda,
Tokoh Politik, Tokoh Wanita, pengusaha dan lain sebagainya. Adanya Pengajian
Rutin atau siraman Rohani keliling, Kegiatan-kegiatan sosial, Kompetisi Olahraga, Festival
seni dan musik atau apapun kegiatan yang bersifat Konstruktif, merupakan contoh aktivitas yang
bisa diterapkan oleh para tokoh masyarakat dalam upayanya membantu, mencegah
dan menyelesaikan permasalahan sosial ini.
4. Kebijakan
Pemerintah
Berbicara masalah kebijakan pemerintah, kiranya
penulis tidak akan terlalu menaruh porsi terlalu banyak, artinya cukup hanya
memberikan pandangan saja tentang program pemerintah yang dulu sebetulnya
sangat baik dan masih layak dipertahankan. Program Penataran P4 yang sekarang
sudah “tiada” agaknya layak untuk diajukan dan digalakan kembali
ditengah-tengah Terjadinya berbagai prilaku menyimpang akibat akumulasi dari
Hilangnya karakter bangsa saat sekarang ini. Walaupun mungkin sebagian
masayarakat menilai bahwa Penataran P4 sebagai kebijakan yang kental
indoktrinatif dan bernuansa Orde Baru, namun jika memang Doktrin tersebut
mengarah kepada pembentukan dan penguatan karakter bangsa, tidak ada salahnya
jika Program tersebut muncul dan digalakan kembali. Bukankah bangsa yang kuat,
beradab dan bermartabat adalah bangsa yang mampu mengamalkan Ideologi, Dasar
negara serta pandangan hidup bangsanya dalam kehidupan sehari-hari? Butir-butir
Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Bangsa yang terdapat dalam P4
menjadi nilai-nilai yang akan menjawabnya jika memang dilaksanakan secara utuh
dan konsekwen, tinggal sekarang bagaimana kemauan politik Pemerintah (Political Will)
dalam “mengelaborasi” nilai-nilai luhur bangsa ini untuk di integrasikan dengan
berbagai aspek kehidupan bangsa. Dan yang lebih penting tentunya adalah
bagaimana kemampuan bangsa ini menyikapinya secara arif.
Dengan berbagai terobosan-terobosan baru dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan sosial yang melanda negeri ini pada umumya
dan menanggulangi tawuran pelajar antar sekolah pada khususnya sudah barang
tentu bukan pekerjaan yang mudah, tidak cukup hanya melontarkan pendapat,
asumsi, dan teori saja, apalagi saling melempar tanggung jawab. Yang dibutuhkan
sekarang oleh Bangsa ini adalah aksi psikomotorik secara terpadu dari seluruh komponen
bangsa dalam menanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur bagi generasi berikutnya
secara nyata, terasa dan tentunya bersahaja. Jika tidak, maka Fenomena
“Geleng-geleng kepala” akan terus ada dan terlihat setiap saat di tengah-tengah
masyarakat kita.
“ Bawalah mereka
dari dunia mereka ke dunia kita, kemudian antarkan mereka dari dunia kita ke
dunia mereka kembali”. Dengan begitu mereka bukan hanya
sekedar mengenal nilai LOGOS, tetapi harus mampu menghayati nilai-nilai
tersebut (ETOS) dan yang terpenting adalah sampai kepada anak mampu
mengakualisasikan / mengamalkan nilai-nilai tersebut
No comments:
Post a Comment