Friday, April 19, 2013

Peran Orang Tua dalam Mengatasi Tawuran Pelajar


Tawuran pelajar antar sekolah sepertinya sudah menjadi noda hitam di dunia pendidikan Indonesia. Tawuran seakan dilestarikan sebagai warisan budaya, diwariskan dari satu angkatan pelajar senior ke juniornya selama bertahun-tahun, seperti pada kasus tawuran antara SMUN 6 dan SMUN 70 di Jakarta yang telah merebak sejak tahun 1980an. Menurut Catatan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), insiden tawuran sepanjang tahun 2011 telah memakan 82 korban jiwa, tidak termasuk yang menderita luka-luka. Setiap tahunnya kasus tawuran pun bukannya semakin berkurang, tetapi semakin bertambah.
Berbagai cara untuk meredam peningkatan kasus tawuran memang tengah diupayakan terutama dari pihak sekolah. Sejauh ini pihak sekolah telah didaulat untuk mengantisipasi tawuran mulai dari penegasan peraturan sekolah, upaya penambahan ekstrakurikuler sekolah, kompetisi olahraga antar sekolah, hingga saran untuk penghapusan seragam sekolah. Terlepas dari peran aktif sekolah, peran orang tua juga perlu diprioritaskan dalam upaya mengatasi tawuran pelajar.
Pendidikan dalam keluarga sangat penting sebagai landasan dasar yang membentuk karakter anak sejak awal. Peran orang tua tidak hanya sebatas menanamkan norma-norma kehidupan sejak dini. Mereka harus terus berperan aktif, terutama pada saat anak-anak menginjak usia remaja, di mana anak-anak ini mulai mencari jati diri.
Bagaimana orang tua dapat berperan aktif? Orang tua mesti senantiasa menjaga komunikasi, keharmonisan keluarga serta membentengi mereka dengan pendidikan agama yang benar. Melalui tiga cara ini, orang tua dapat memberikan contoh teladan yang baik bagi anaknya. Dengan adanya teladan yang baik di rumah, mereka akan lebih tidak mudah terpengaruh untuk terlibat dengan aktivitas yang bersifat anarkis.
Menjalin komunikasi yang baik. Kenyataan di masa sekarang bahwa orang tua terlalu sibuk bekerja hingga anak-anak ini kehilangan figur orang tua mereka. Sesibuk apapun, orang tua mesti berusaha meluangkan waktu bersosialisasi dengan anak remaja mereka. Luangkan waktu di akhir pekan untuk berkumpul dan mendengar keluh kesah mereka. Posisikan diri anda sebagai teman bagi anak anda dalam memberikan feedback. Dia akan merasa lega bisa mengeluarkan uneg-unegnya secara positif tanpa harus menyimpang ke perilaku destruktif.
Menjaga keharmonisan keluarga. Emosi anak-anak usia remaja sangatlah labil. Untuk itu, anda harus pandai-pandai menjaga emosi anak. Usahakan untuk tidak mendikte atau mengekang anak selama yang dilakukannya masih positif. Usahakan juga untuk tidak melakukan tindak kekerasan di dalam rumah dan tidak melakukan pertengkaran fisik di hadapan sang anak. Mereka akan mencontoh apa yang dilakukan orang tuanya. Jika orang tua sendiri tidak bisa menghargai anggota keluarga sendiri, bagaimana anak-anak bisa belajar menghargai orang lain?
Memberi pendekatan agama yang benar. Pendidikan agama dalam keluarga juga berperan penting dalam memberi fondasi yang kuat dalam membentuk kepribadian seseorang. Fondasi agama yang benar bukan terletak pada ritual keagamaan yang dijalankan, tapi lebih mengarah kepada penerapan nilai-nilai moral dan solidaritas kepada sesama.

Daftar 51 Sekolah Bermasalah Pada Tahun 1995 - April 1996

Inilah daftar-daftar sekolah yang bermasalah di DKI Jakarta
Apa STM lu ada di daftar Sekolah Bermasalah ini??

Berbagi Peran dalam upaya menyelesaikan Tawuran antar Pelajar



Tawuran antar pelajar yang menjadi salah satu masalah sosial merupakan tindakan anarkis yang dilakukan oleh dua kelompok dalam bentuk perkelahian masal di tempat umum sehingga menimbulkan keributan dan rasa ketakutan (teror) pada warga masyarakat yang ada di sekitar tempat kejadian.
Tawuran pelajar biasanya terjadi karena berbagai hal, yaitu seperti : Kultur atau kebiasaan pelajar sekolah dari dulu, Saling pelotot-pelototan antar pelajar sekolah, Saling ejek antar pelajar, Ingin balas dendam karena ada yang diganggu temannya, Keributan imbas dari suatu pertandingan atau perlombaan,  dan lain sebagainya. Tawuran pelajar yang sudah menjadi budaya akan sulit diberantas karena pelajar yang bermasalah akan menjadi provokator tawuran dan memaksa teman-temannya serta adik kelas untuk ikut ambil bagian dalam tawuran antar pelajar. Bagi yang tidak ikut tawuran biasanya akan menerima “sanksi sosial“ seperti dimusuhi, dikerjai, dimaki-maki, diejek, difitnah, bahkan bisa diperlakukan kasar dari para pelajar nakal.
Untuk itu sebenarnya ada beberapa hal yang bisa dijadikan tolok ukur upaya dalam mencegah, dan bahkan menyelesaikan permasalahan tawuran ini dengan berbagai cara termasuk berbagi peran secara bertanggung jawab.
1. Keteladanan Keluarga
Keluarga merupakan unsur utama dalam menanamkan nilai-nilai luhur, keteladanan orangtualah yang menjadi kunci dalam menerapkan contoh prilaku yang baik. Memberikan perhatian lebih, menanamkan kepercayaan, memberikan reward (Penghargaan) atas apa saja karya atau hasil anak yang diraih. Menerapkan peraturan yang mencerminkan kedisiplinan yang tegas seperti Aturan jam belajar, pulang sekolah, main dan sebagainya, serta yang lebih penting adalah membangun komunikasi yang baik dengan pihak sekolah tentang perkembangan anak dalam mengikuti aktivitas pembelajaran. Hal tersebut dirasa sangatlah penting dilakukan oleh setiap orang tua dalam rangka mencegah secara dini penyimpangan-penyimpangan prilaku anak.
2. Peran Sekolah
Sekolah yang selama ini dituding sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas berbagai aksi prilaku menyimpang para pelajar, ternyata merupakan tempat penanaman nilai selanjutnya setelah keluarga. Hal ini berdasar pada keterbatasan waktu anak disekolah yang hanya berada rata-rata 6 sampai 7 jam perhari disekolah,  waktu tersebut sangatlah sedikit dibandingkan waktu yang lebih banyak di luar sekolah. Tugas dalam memainkan peranan ini bukan hanya menjadi tanggungjawab Kepala sekolah ataupun Wakasek Kesiswaan saja, melainkan harus menjadi tanggungjawab bersama warga Sekolah termasuk semua Guru, Komite Sekolah serta warga yang berada disekitar sekolah. Upaya yang bisa di terapkan disekolah diantaranya :
Membuat Peraturan Sekolah Yang Tegas
Bagi siswa atau pelajar yang terlibat dalam tawuran harus dikeluarkan dari sekolah, tidak mengenal istilah diskriminasi, siapapun orangnya termasuk misalnya anak guru, anak Pejabat ataupun Tokoh yang berpengaruh, apabila anaknya terlibat harus bisa menerima aturan ini, tentunya setelah melalui berbagai proses yang bisa dipertanggungjawabkan.
Memberikan Pendidikan Anti Tawuran
Pelajar diberikan pemahaman tentang tata cara Mengantisipasi penyebab tawuran dengan melakukan pendekatan persuasif tanpa kekerasan. Sekolah memberikan contoh untuk selalu berperilaku sopan, Sekolah melibatkan OSIS untuk melaporkan rencana pelajar-pelajar yang terindikasi merencanakan penyerangan terhadap pelajar sekolah lain untuk bahan langkah-langkah selanjutnya yang harus ditempuh. Jika sekolah diserang, maka pihak sekolah senantiasa menerapkan nilai “mengalah untuk menang” dan tidak melakukan serangan balasan.
Mendeteksi dan menangani Pelajar Berotak Kriminal
Setiap pelajar tentunya memiliki sifat dan bawaan masing-masing. Hal tersebut dikarenakan berbedanya Tipologi Siswa baik ditinjau dari latar belakang Historis, Sosiologis maupun Ekonomi.  Ada yang baik, yang biasa-biasa saja dan ada yang kriminil. Melakukan pendataan dan identifikasi dari awal tentang latar belakang siswa tentunya langkah yang bijak dalam rangka pendeteksian dini karakter siswa disekolah. Hal ini menjadi penting guna bahan yang dipersiapkan dalam penanganan selanjutnya apabila ditemukan bibit-bibit pelajar yang memang berpotensi memiliki perilaku yang menyimpang. Bidang Kesiswaan dan Bimbingan Konseling disini dituntut untuk memainkan perannya secara lebih intensif.
Menjalin Komunikasi dan Kerjasama Pelajar Antar Sekolah
Selama ini siswa belajar hanya berada dilingkungan sekolahnya saja, sehingga siswa tidak saling kenal dengan siswa lain yang berbeda sekolah. Adanya kegiatan belajar gabungan, kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri bersama antar sekolah yang berdekatan secara geografis merupakan langkah yang baik jika diterapkan. Dengan saling kenal karena sering bertemu dan berinteraksinya siswa, maka jika terjadi masalah dan gesekan antar siswa tidak akan bermuara pada tawuran pelajar, namun diselesaikan dengan cara baik-baik.
Membuat Program Ekstrakurikuler Tawuran
Mencoba membuat program ekstra kurikuler konsep baru bertema Tawuran, namun tawuran pelajar yang mendidik, misalnya tawuran ilmu, tawuran olahraga, tawuran otak, tawuran dakwah, tawuran cinta, dan lain sebagainya yang bersifat positif, bisa jadi menjadi program alternatif yang bisa digalakan oleh sekolah. Tawuran-tawuran ini sebaiknya bukan bersifat kompetisi, tetapi bersifat saling mengisi dan bekerjasama sehingga bisa bergabung dengan ekskul yang sama di sekolah lain.
3. Peran Lingkungan Sosial
Tempat dimana para pelajar menghabiskan waktunya lebih banyak biasanya ada pada lingkungan sosial. Tumbuh kembangnya jati diri para pelajar pun tidak terlepas dari pengaruh lingkungan sosialnya. Untuk itu diperlukan suasana dan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan interaksi sosial para pelajar. Peranan Tokoh-Tokoh masyarakat dalam lingkungan sosial para pelajar menjadi sangat sentral dan dibutuhkan dalam memainkan perannya sebagai pihak selanjutnya dalam upaya mencegah prilaku menyimpang para pelajar. Tokoh – Tokoh masyarakat ini antara Lain bisa meliputi : Pemuka Agama (Ustad, Kiai, pendeta, dll), Tokoh Pemuda, Tokoh Politik, Tokoh Wanita, pengusaha dan lain sebagainya. Adanya Pengajian Rutin atau siraman Rohani keliling, Kegiatan-kegiatan sosialKompetisi Olahraga, Festival seni dan musik atau apapun kegiatan yang bersifat Konstruktif, merupakan contoh aktivitas yang bisa diterapkan oleh para tokoh masyarakat dalam upayanya membantu, mencegah dan menyelesaikan permasalahan sosial ini.
4. Kebijakan Pemerintah
Berbicara masalah kebijakan pemerintah, kiranya penulis tidak akan terlalu menaruh porsi terlalu banyak, artinya cukup hanya memberikan pandangan saja tentang program pemerintah yang dulu sebetulnya sangat baik dan masih layak dipertahankan. Program Penataran P4 yang sekarang sudah “tiada” agaknya layak untuk diajukan dan digalakan kembali ditengah-tengah Terjadinya berbagai prilaku menyimpang akibat akumulasi dari Hilangnya karakter bangsa saat sekarang ini. Walaupun mungkin sebagian masayarakat menilai bahwa Penataran P4 sebagai kebijakan yang kental indoktrinatif dan bernuansa Orde Baru, namun jika memang Doktrin tersebut mengarah kepada pembentukan dan penguatan karakter bangsa, tidak ada salahnya jika Program tersebut muncul dan digalakan kembali. Bukankah bangsa yang kuat, beradab dan bermartabat adalah bangsa yang mampu mengamalkan Ideologi, Dasar negara serta pandangan hidup bangsanya dalam kehidupan sehari-hari? Butir-butir Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Bangsa yang terdapat dalam P4 menjadi nilai-nilai yang akan menjawabnya jika memang dilaksanakan secara utuh dan konsekwen, tinggal sekarang bagaimana kemauan politik Pemerintah (Political Will) dalam “mengelaborasi” nilai-nilai luhur bangsa ini untuk di integrasikan dengan berbagai aspek kehidupan bangsa. Dan yang lebih penting tentunya adalah bagaimana kemampuan bangsa ini menyikapinya secara arif.
Dengan berbagai terobosan-terobosan baru dalam menyelesaikan berbagai permasalahan sosial yang melanda negeri ini pada umumya dan menanggulangi tawuran pelajar antar sekolah pada khususnya sudah barang tentu bukan pekerjaan yang mudah, tidak cukup hanya melontarkan pendapat, asumsi, dan teori saja, apalagi saling melempar tanggung jawab. Yang dibutuhkan sekarang oleh Bangsa ini adalah aksi psikomotorik secara terpadu dari seluruh komponen bangsa dalam menanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur bagi generasi berikutnya secara nyata, terasa dan tentunya bersahaja. Jika tidak, maka Fenomena “Geleng-geleng kepala” akan terus ada dan terlihat setiap saat di tengah-tengah masyarakat kita.
               
“ Bawalah mereka dari dunia mereka ke dunia kita, kemudian antarkan mereka dari dunia kita ke dunia mereka kembali”. Dengan begitu mereka bukan hanya sekedar mengenal nilai LOGOS, tetapi harus mampu menghayati nilai-nilai tersebut (ETOS) dan yang terpenting adalah sampai kepada anak mampu mengakualisasikan / mengamalkan nilai-nilai tersebut

BERBAGI PERAN DALAM UPAYA MENCEGAH AKSI TAWURAN ANTAR PELAJAR SEBAGAI MASALAH SOSIAL



Geleng-geleng kepala..., mungkin itulah bahasa tubuh sebagian masyarakat kita dalam menyimak dan mengikuti berbagai masalah yang melanda negeri ini.  Dari mulai permasalahan politik, Terorisme, penegakan supremasi hukum, kriminalisasi, kisruh antar lembaga tinggi negara sampai pada aksi-aksi anarkis yang berujung pada permasalahan sosial yang membuat sebagian masyarakat indonesia tidak henti-hentinya bertanya “Ada apa dengan Bangsa Ini?” . Akhir-akhir ini Bangsa kita kembali dikejutkan oleh berbagai kejadian dan tindakan anarkis yang berujung pada jatuhnya korban jiwa.  Masih segar dalam ingatan tentang terjadinya kerusuhan diberbagai tempat baik di ibukota maupun di daerah. Bentrok antara aparat keamanan dengan warga akibat pengamanan tindakan Penggusuran dan sengketa Lahan, adu fisik antar Kelompok baik itu ORMAS,  geng motor, sindikat maupun mafia, Penyerangan bernuansa SARA yang dilakukan oleh Salah satu Kelompok ORMAS terhadap Kelompok Aliran tertentu, pengeroyokan yang dilakukan oleh salah satu Kelompok Suporter sepakbola yang berujung pada hilangnya nyawa, dan masih banyak lagi aksi anarkis lain yang menandai dinamika sosial dinegeri ini.
Terakhir kita dibuat terhenyak dengan aksi yang lagi-lagi terulang dan kembali menelan korban jiwa. Tawuran antar pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta, serta Tawuran antar mahasiswa Universitas Negeri Makasar (UNM) yang ramai diberitakan baik di media elektronik maupun media cetak menjadi satu dari sekian banyak kasus tawuran dinegara kita yang bisa jadi ini hanya merupakan satu “fenomena puncak gunung es”. Kejadian ini bukan saja menjadi masalah sosial di negeri ini tapi juga merupakan tamparan keras bagi dunia pendidikan. Betapa tidak, dunia pendidikan kita saat ini diakui atau tidak sedang menjadi sorotan masyarakat ditengah-tengah upayanya dalam memperbaiki, menata  dan meningkatkan  “ Citra dan jati dirinya”. Permasalahan penyelenggaraan pendidikan yang meliputi Penyelenggaraan UN, Manejemen Pendidikan, kualitas pendidikan, kualitas sarana dan prasarana pendidikan sampai pada masalah peningkatan kesejahteraan pendidik, sampai saat detik ini masih menjadi isu hangat yang menuntut adanya evaluasi secara terpadu, dan menyisakan pekerjaan rumah bagi para pemangku kebijakan di Republik ini.
Belum juga usai permasalahan diatas, Kasus Tawuran antar pelajar menambah daftar panjang kisruh permasalahan dunia pendidikan saat ini. Tidak sedikit masyarakat memandang bahwa aksi anarkis pada umumnya dan tawuran pada khususnya menjadi tanggung jawab dunia pendidikan, dalam hal ini Sekolah menjadi lembaga yang paling dimintai pertanggungjawabannya, mengingat bahwa sekolah adalah lembaga tempat penanaman nilai-nilai budi pekerti luhur, sekolah pula lah yang menempatkan peran dan fungsinya sebagai tempat penempaan jati diri para siswa, selain tentunya sebagai wahana untuk menimba ilmu dan pengetahuan. Namun pada tataran praktisnya “Dassolen dan Dassein” (Harapan dan Kenyataan) tidaklah selalu beriringan. Beberapa Tampilan perilku siswa di tengah-tengah kehidupan masyarakat justru sangat bertentangan dengan jati dirinya sebagai siswa, Norma-norma dan nila-nilai budi pekerti luhur yang dipelajari dan ditanamkan di sekolah seakan hilang diterpa angin ketika yang muncul adalah perilaku-perilaku menyimpang dan terkesan vandalistis, misalnya sikap pragmatis dan tindakan anarkis seperti disebutkan diatas. Tidak heran jika penilaian negatif masyarakat terhadap perilaku menyimpang para generasi muda ini dialamatkan kepada lembaga pendidikan sebagai penanggungjawab utamanya. Namun tidak adil rasanya jika hal tersebut hanya dialamatkan kepada sekolah saja, jika kita objektif melihat permasalahan penyimpangan perilaku negatif ini, sesungguhnya menjadi permasalahan sosial yang membutuhkan perhatian dan tanggungjawab dari seluruh komponen bangsa ini.
Tela’ah dan Asumsi Masalah Sosial
Berbagai masalah yang terjadi pada bangsa ini sesungguhnya berakar pada prilaku yang menyimpang dalam khasanah interaksi sosial, sehingga berimplikasi pada tindakan – tindakan yang menjurus pada lahirnya penyakit masyarakat atau para ahli sosial (Sosiolog) menyebutnya sebagai “Pathology Social”.
Seperti apa yang dikemukakan oleh Soekanto (2000;399), bahwa masalah sosial adalah suatu ketidak sesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut, sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial. Soekanto pun merinci beberapa masalah Sosial Penting diantaranya :
Kemiskinan
Kejahatan
Disorganisasi Keluarga
Masalah generasi Muda dalam Masyarakat Modern
Peperangan
Pelanggaran Terhadap Norma-Norma Masyarakat
Masalah kependudukan
Masalah Lingkungan Hidup
Birokrasi

Jika kita dalami pendapat tersebut tergambar jelas bahwa masalah sosial adalah sebuah penyimpangan atau ketidaksesuaian diantara unsur-unsur kehidupan masyarakat, disamping itu tentunya masih bayak masalah-masalah baru yang dihadapi oleh masyarakat kita, semisal penganguran, permasalahan keluarga, agama, politik, hukum dan sebagainya.
Masalah Sosial ini terjadi hampir diseluruh wilayah dinegeri ini, bahkan bukan hanya didaerah perkotaan saja, daerah pedesaan pun tak luput dari problematika masalah ini. Salah satu masalah sosial di masyarakat adalah terjadinya Konflik Sosial. Konflik sosial ini termasuk kedalam kategori ketidaksesuaian terhadap norma-norma masyarakat, karena bagaimanapun kehidupan sosial masyarakat dimanapun berada masih berkaitan erat dengan nilai, norma dan adat istiadat setempat yang dipegang teguh oleh masyarakatnya.
Tawuran Antar Pelajar  sebagai salah satu Masalah sosial
Terjadinya Tawuran terutama tawuran antar pelajar jika di tinjau dari sudut pandang sosiologis merupakan bentuk perkelahian masal yang disebabkan oleh kondisi buruk yang diciptakan pada saat puncak pertikaian yang terjadi pada saat itu, dan seyogyanya merupakan sebuah masalah baru yang ditemui dimasyarakat. Terjadinya Tawuran antar pelajar maupun antar mahasiswa sesungguhnya merupakan kecemasan dan kegamangan pelajar / Mahasiswa dalam melihat masa depannya. Hal ini berkaitan kuat dengan krisis moral serta kemelut sosial yang dihadapi masyarakat.
Fenomena Tawuran antar pelajar maupun Antar mahasiswa merupakan salah satu bagian dari konflik sosial yang terjadi di masyarakat, karena dalam sebuah interaksi sosial tidak tertutup kemungkinan konflik akan selalu terjadi. Bila konflik sosial ini berlarut berkepanjangan, akan sangat berpeluang terjadinya pergesekan sosial yang makin luas dan akan berimplikasi serta menimbulkan kerugian baik materil maupun non materil hingga merusak dan membahayakan kehidupan kelompok sosial hingga pada akhirnya menyebabkan kondisi buruk akibat dari kepincangan ikatan sosial yang merupakan salah satu dari sifat masalah sosial. Untuk itulah penulis mengkategorikan bahwa tawuran antar pelajar dan antar mahasiswa ini merupakan salah satu masalah sosial yang terjadi di masyarakat kita.

Ribuan Pelajar Suka Tawuran Dibina di Lido


Ribuan Pelajar Suka Tawuran Dibina di Lido
Watermark image
Wartakotalive.com/DOKTawuran Pelajar


Rencana Polda Metro Jaya membina para pelajar yang bermasalah dan tercatat suka tawuran bukan cuma isapan jempol. Sebanyak 3.000 siswa SLTA di wilayah hukum Polda Metro Jaya akan dikirim ke Sekolah Kepolisian Nasional (SPN) di Lido, Jawa Barat.
"Para siswa SMK akan diberangkatkan mulai tanggal 6 November 2012 nanti, sedangkan untuk siswa SMA-nya tanggal 20 November 2012," kata Direktur Pembinaan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Yosi Haryoso.
Dikatakan Yosi, pemberangkatan 3.000 siswa SLTA ini akan dibagi dalam beberapa gelombang. Para siswa akan digembleng selama lima hari. Diharapkan setelah pulang dari SPN Lido, siswa yang dibina tidak mengulangi lagi perbuatannya.
Pihak kepolisian, kata Yosi, bekerjasama dengan Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk membawa siswa nakal ke SPN Lido. "Nantinya siswa bermasalah tersebut akan dibina dan didik agar lebih mencintai tanah air dan sekolah mereka," tutur Yosi. (*)


PEMBENTUKAN POLISI SISWA, PENANGKAL TAWURAN ANTAR PELAJAR



PEMBENTUKAN POLISI SISWA, PENANGKAL TAWURAN ANTAR PELAJAR
Salah satu bentuk antisipasi mencegah kenakalan dan tawuran antar pelajar, Pemerintah Kota Bandung bersama Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Bandung membentuk polisi siswa dikalangan pelajar tingkat SMA dan SMK atau sederajat.
Terbentuknya Polisi Siswa tersebut ditandai dengan memakaikan badge dan pin kepada pelajar oleh Sekertaris Daerah Kota Bandung, Edi Siswadi dihadapan ratusan siswa perwakilan SMA se-Kota Bandung, Wakapolrestabes AKBP Dadang Hartanto serta puluhan anggota Polrestabes, di halaman Markas Polisi Resot Kota Besar (Mapolrestabes) Bandung, Jl. Merdeka No.18-20, selasa (09/10/2012).
Diungkapkan Edi, pembentukan polisi siswa tersebut merupakan antisipasi tawuran antar pelajar yang marak terjadi, "Polisi Siswa sebagai pelopor keamanan disekolahnya masing-masing yang perannya dibina langsung oleh polisi dan mempunyai akses langsung dengan kepolisian, setiap gejala-gejala dan tindakan-tindakan bisa langsung diantisipasi, potensi kekacauan bisa langsung terdeteksi dan diredam dari pihak sekolah sendiri oleh siswanya sendiri," ungkapnya.
Dalam upacara tersebut para pelajar membacakan deklarasi siswa yang berisi janji menjungjung tinggi nilai pendidikan berdasarkan pancasila dan UUD 1945, nilai-nilai persatuan dan kesatuan, nilai-nilai kemanusiaan dan solidaritas antar pelajar serta menolak keras aksi tawuran antar pelajar, deklarasi tersebut ditandatangani perwakilan pelajar dan Sekretaris Daerah Kota Bandung.
Keberadaan Polisi Siswa diharapkan Edi bisa bisa mengeliminir setiap tindakan negatif yang bisa merugikan siswa itu sendiri, "Tidak hanya tugas polisi saja untuk menciptakan keamanan dan menyelesaikan konflik siswa dan masyarakat, tapi siswa bisa mengeliminasi setiap tindakan negatif di sekolah oleh siswanya sendiri, merupakan proses edukasi mengutamakan semangat persatuan dan kebersamaan," katanya.
Dikatakan lebih lanjut, pelajar harus berpikir terlebih dulu sebelum bertindak bodoh melakukan tindakan kriminal, "Setiap perbuatan kriminal akan ditindak tegas dan diselesaikan melalui proses hukum tanpa pandang bulu, tanpa melihat itu siswa atau bukan, saya menekankan pada siswa jangan sampai bertindak bodoh melakukan perbuatan kriminal apalagi sampai menghilangkan nyawa orang lain, hukumannya sangat berat 15 sampai 20 tahun, itu akan menghancurkan masa depannya sendiri, harapan orang tua juga akan hancur," himbaunya.
Pembentukan polisi siswa merupakan program Polda Jawa Barat yang kini mulai diterapkan di seluruh wilayah hukum. Selain tawuran antar pelajar, polisi siswa juga bertugas mengantisipasi kenakalan dan saat ini masih difokuskan pada sekolah setingkat SMA/SMK. Hal tersebut berdasarkan pemetaan yang menyimpulkan bahwa kalangan pelajar yang paling rawan kenakalan adalah tingkat SMA dan SMK.

Tawuran Pelajar, Bukti Kegagalan Kebijakan Pemerintah



Tawuran Pelajar, Bukti Kegagalan Kebijakan PemerintahKOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTASiswa SMA Tamiriyah Surabaya melakukan aksi tolak tawuran di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (27/9/2012).
JAKARTA,  -- Anggota Komisi X DPR Rohmani menilai, maraknya tawuran di kalangan pelajar dan mahasiswa merupakan bukti gagalnya kebijakan pendidikan selama ini. Menurut dia, kebijakan pendidikan yang selama ini dibangun pemerintah terlalu berorientasi pada nilai atau akademik semata. Semua potensi pendidikan diarahkan untuk mengejar nilai ujian.
"Tawuran yang terjadi saat ini adalah buah dari kebijakan pendidikan yang berorientasi pada score test. Sekarang kita memetik kebijakan yang selama ini dibuat pemerintah," kata Rohmani, Jumat (28/9/2012) di Jakarta.
Ia mengatakan, anak didik yang lemah secara akademik akan termarjinalkan oleh sistem. Anak yang gagal ujian nasional dicap sebagai siswa yang bodoh. Seharusnya pendidikan tidak memberikan stempel pintar atau bodoh. Kesuksesan pendidikan tidak sebatas nilai akademik.
 "Ujian nasional patut dievaluasi. Telah melahirkan pelajar yang seperti ini. Tidak membangun karakter anak didik. Seharusnya pendidikan mengedepankan pendidikan karakter," katanya.
Menurut Rohmani, pemerintah harus berani mengoreksi kebijakan yang selama ini mereka buat. Anak-anak yang terlibat tawuran adalah korban kebijakan pendidikan yang kelir
u

Bagaimana cara menanggulangi Tawuran ??.



Seperti yang saya katakan di atas “Mencegah Lebih Baik dari Pada Mengobati”, Terus kalau sudah terjadi gimana ? dan apa yang harus kita sikapi untuk menanganinya ? Kalau sudah terjadi ya di perbaiki donk, namanya juga sudah terjadi, Seperti pepetah mengatakan “Nasi telah Menjadi Bubur” hal yang di lakukan untuk menanggulainginya ya seperti pepatah yang tadi “Nasi Telah Menjadi Bubur” Tapi kalau bubur ditambahin bumbu-bumbu yang lain pastinya makin lezatnya bukan :D . Langsung saja kita bahas cara menanggulanginya.
  1. Cari Sumber Masalah dan Selesaikan.
    Tawuran atau bentrok tentu ada permasalahan didalamnya dan di cari sousi tengahnya dalam pemecahan masalah jangan mencari kambing hitam melainkan mencari solusi dari permasalah itu sendiri, agar kedua belah pihak tidak saling merasa disalahkan dan cara itu akan lebih efektif.
  2. Perhatian dari Pemerintah.
    Pemerintah menjadi kepala dari segala jenis kepala di negri ini, Jika sudah mendengar isu-isu akan terjadinya tawuran atau bentrok harap siap tangkas untuk menyelesaikannya jangan menunggu bentrok terlebih dahulu baru di cari jalan keluarnya seperti yang saya katakan di atas “Mencegah Lebih Baik Dari Pada Mengobati”.
  3. Tegakkan Hukum Seadil-adilnya.
    Negara kita negara hukum hal itu semua kita pasti sudah tahu dan tidak perlu kita bahas pasal-pasalnya, yang jelas siapa bersalah wajib di hukum. dan hukuman itu berlaku untuk siapa saja tanpa pandang bulu, Berikan hukuman dan sangsi kepada siapa saja yang melakukan tawuran dan dicari sumber permasalahannya dan diselesaikan sebaik-baiknya agar tidak menjadi permasalahan lagi kedepannya.
Solisi yang lebih jelas bersumber dari kesadaran kita semua, Jangan selesaikan permasalahan dengan kekerasan, anarkis dan sebagainya, karna kita semua diberikan oleh Tuhan Yanag Mahas ESA otak dan pikiran untuk berfikir mana yang baik dan mana yang bruk

Cara Mencegah dan Menanggulangi Tawuran


Tawuran,…. Suatu kebiasaan yang sering kita saksikan di negara tercinta kita Indonesia ini, Sebenarnya apasih yang diributkan ? Apa tidak ada pekerjaan yang lebih menguntungkan selain dari tawuran :P Mulai dari pelajar, mahasiswa, antar warga bahkan antar kelompok yang saling serang menyerang Sungguh mengharukan, Terus yang disalahkan siapa donk kalau seperti ini ? Siapa donk yang benar ? dan siapa juga yang mau dibela ? Jadi bingung sendiri pihak manapun tidak mau disalahkan semua merasa benar dengan apa yang mereka lakukan.
Jika semua merasa benar dengan apa yang mereka lakukan hal itu sungguh akan merusak regenerasi anak bangsa kita, Sekarang saja sudah tauran bagaimana nanti nasib bangsa kita yang akan dipegang mere-mereka semua yang generasi muda sekarang hobby tawuran ? Itu merupakan pertanyaan untuk diri kita sendiri umumnya untuk generasi muda. Terus yang tawuran antar kampung dan kelompok yang didominasi dari mereka yang sudah dewasa umumnya bapak-bapaklah malah tawuran sendiri (Tidak memeberikan contoh yang baik untuk anak-anak mereka)
Yang menjadi persoalan dari tawuran itu terkadang adalah hal yang sepele yang dibesar-besarkan yang akhirnya mengakibatkan tawuran, bentrok, musuhan, peperangan, bahkan sampai merenggut korban jiwa Subhanallah, Apa itu yang kita cari dalam hidup ini ? Menciptakan permusuhan dan membat kerusakan sesuka hati..!
Ada beberapa Tips sederhana Untuk Mencegah dan Menanggulangi Tawuran.
1. Mencegah Tawuran.
 Speri kata-kata para dokter, “Mencegah Lebih Baik Dari Pada Mengobati” Jika tawuran dapat dicegah akan lebih baik dari pada tawuran itu terjadi dan memperbaikinya, Dikarenakn apabila kita pernah tawuran atau bentrok dengan seseorang atau kelompok sedikit banyaknya pasti masih ada menyimpan rasa dendam di dalam hati, dan berikut tips mencegahnya
  1. Tingkatkan Ibadah Pada Yang ESA.
    Hanya iman yang tipis yang akan terjebak kedalam tawuran dan kurang pendekatan kepada Tuhan Yang ESA. kurangnya pendidikan agama menyebabkan tawuran itu menjadi kebiasaan dan hobby baru di tengah-tengah masyarakat kita.  kita semua tahu Tuhan tidak menyukai hambanya saling menyakiti apalagi sampai bermusuhan.
  2. Pendidikan Moral.
    Kurangnya pendidikan moral dan perhatian orang tua juga menjadi perhatian yang penting dalam mencegah tawuran, Harap ditingkatkan pendidikan mengenai moral anak bangsa kita, karna bangsa ini tergantung kepada generasi muda yang menjadi penerus negeri ini, Jika moral anak bangsa kita baik maka bangsa kita juga akan baik dan hal tauran atau kekerasan tidak akan terjadi.
  3. Jangan Saling Memancing Keributan.
    Keributan pada dasarnya dikarenakan adanya suatu permasalahan yang ditimbulkan dari beberapa orang dalam hal yang sepele dan akhirnya menjadi besar. Jika kita memiliki iman dan nilai moral yang baik kita janganlah mudah terpancing dari ejekan-ejekan orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan janganlah mudah tergoda dengan ajakan teman yang mengajak tawuran.
Masih banyak lagi tips bagaimana cara mencegah dari terjadinya tawuran, dimana semua itu bersumber dari lingkungan tempat tinggal, Pendidikan disekolah, Pergaulan dan yang terpiting adalah tingkat keimanan dan ikuti kata hati, Dimana kata hati tidak pernah berbohong, Kita semua tahu kekeran itu tidak baik, saling membenci itu tidak baik dan saling bermusuhan itu sangatlah tidak baik, Jika kita tahu mana yang baik dan mana yang buruk hal semacam tawuran, bentrok dan sebagainya tidak akan terjadi.

tauran pelajar



Tawuran Pelajar

Tawuran Pelajar
Perkelahian massal atau sering disebut dengan tawuran saat ini lagi marak terjadi, terutama antar pelajar sekolah. Bahkan bukan hanya antar pelajar SMU, tawuran juga masuk ke lingkungan universitas.

Di kota-kota besar sering terjadi tawuran antar sekolah seperti yang baru-baru ini menjadi bahan perbincangan, yakni tawuran pelajar di kota Jakarta yang menyebabkan korban meninggal. Data dari Bmmas Jakarta menyebutkan bahwa tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 terjadi 183 kasus dan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban yang meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus serta menewaskan 15 pelajar dan 2 anggota Polri. Dilihat dari data tersebut ada kecenderungan tawuran antara pelajar dari tahun ke tahun semakin meningkat. Ini harus menjadi warning buat kita semua karena masa depan bangsa ada ditangan para remaja.

Sudah sangat jelas bahwa perkelahian antar pelajar sangat merugikan berbagai pihak paling tidak ada empat kategori yang terkena dampak langsung dari perkelahian antar pelajar :
  • Pelajar (dan keluarganya).
Karena merekalah yang terkena dampak langsung dari tawuran bila mengalami luka atau sampai tewas. Bahkan kalau selamat tetap ada beban psikologis bagi mereka.
  • Rusaknya fasilitas umum.
Karena tawuran biasanya terjadi di jalan-jalan umum bukan di lapangan sepakbola, tentu sedikit banyaknya mereka merusak fasilitas umum seperti halte, bus atau yang lainnya.
  • Terganggunya proses belajar.
  • Berkurangnya penghargaan terhadap sifat-sifat kemanusiaan
Dengan kerugian tersebut sudah sewajarnya semua elemen masyarakat dan pemerintahan termasuk di dalamnya aparat keamanan terus berupaya untuk mecegah terjadinya tawuran massal.

Ada kata bijak dikalangan pelajar yang suka game "daripada tawuran lebih baik bermain game online gemscool"